Tag Archives: Doa

Doa Bapa Kami

Matius 6:9-13, Lukas 11:2-4

Masing-masing denominasi Gereja mempunyai tata ibadah, liturgi yang berbeda antara 1 dengan lainnya. Ada tata ibadah yang memasukkan Doa Bapa Kami dalam setiap ibadah atau kebaktian, tetapi ada pula Gereja-Gereja yang tidak secara khusus memasukkan Doa Bapa Kami dalam tata ibadahnya. Dalam satu denominasi seperti kita di GIKI, ada jemaat lokal yang memasukkan dan ada pula yang tidak memasukkannya dalam tata ibadah. Tampaknya, hal ini dibawa oleh Majelis Pengerja dari kebiasaan gereja asal sebelum melayani di GIKI.

Ada jemaat yang merasa diucapkan atau tidak diucapkan Doa Bapa Kami menunjukkan aliran dari sebuah gereja. Kalau ibadah sebuah gereja ada mengucapkan Doa Bapa Kami, mereka akan mengatakan, “Ini sealiran dengan kita”. Sebaliknya, apabila ada Gereja tidak memasukkan Doa Bapa Kami dalam tata ibadahnya mereka mengatakan, “tidak Sealiran dengan kita”. Secara ekstrim, ada jemaat yang merasa ibadah tidak sah, tanpa Doa Bapa Kami. Kalau hal ini terjadi, menunujukkan bahwa kita bersama-sama perlu merenungkan kembali tentang arti dan makna dari Doa Bapa Kami itu.

Bagi kita yang secara rutin mengucapkan Doa Bapa Kami dalam setiap ibadah, dalam perlu dijaga agar Doa Bapa Kami tidak hanya sekedar menjadi satu rutinitas, dimana yang berbicara adalah bibir dan mulut, tetapi hati tidak berbicara. Makna, arti dari Doa Bapa Kami akan hilang apabila kita terbenam dalam rutinitas. Sebaliknya, dalam ibadah-ibadah yang tidak mengucapkan Doa Bapa Kami, kita perlu juga ingat bahwa Doa Bapa Kami adalah satu doa yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya, satu model doa yang sempurna. Perlu kita waspadai bersama, mencegah Doa Bapa Kami dijadikan sebagai sebuah mantera.

Doa Bapa Kami diajarkan oleh Yesus atas permintaan murid-murid-Nya. Mereka melihat Yohanes Pembaptis mengajar murid-muridnya berdoa dan mereka juga ingin diajar untuk berdoa. Tuhan Yesus mengajari mereka berdoa itulah Doa Bapa Kami. Yang diajarkan oleh Yesus, adalah bagaimana berdoa, sebuah model doa. Tuhan Yesus tidak meminta agar setiap kali kita mengucapkan doa dengan kalimat dan kata-kata yang sama dan tidak boleh digunakan sebagai mantera. Hal ini berbeda dengan Perjamuan Kudus, yang secara jelas Yesus meminta kita, murid-murid-Nya untuk melakukannya berulang-ulang.

Setiap kata atau kalimat dalam doa Bapa Kami, mengadung pokok-pokok teologis yang penting seperti sebutan Bapa bagi Tuhan, kekudusan, Kerajaan Allah dan pengampunan.

Doa Bapa Kami dimulai dengan ucapan “Bapa Kami yang di Sorga”. Sebutan Bapa bagi Tuhan diajarkan oleh Yesus Kristus. Ia menyebut diri-Nya sendiri sebagai Anak Manusia dan Ia menyebut Allah sebagai Bapa. Ia juga mengajar murid-murid-Nya, pengikut-Nya untuk menyebut Allah sebagai Bapa. Tidak semua orang bisa menyebut Allah sebagai Bapa. Dalam Roma 8:14 disebutkan “Anak-anak Allah adalah mereka yang didiami oleh Roh Allah, oleh Roh Kudus”.Kalau kita pertajam pengertian ini, kita dapat mengatakan: “Kalau seorang belum didiami oleh Roh Kudus, ia bukan Anak Allah”. Kehadiran Roh Kudus dalam diri orang percaya tidak bisa ditawar-tawar, tanpa Roh Kudus seorang tidak bisa masuk Sorga. Dalam Roma 8:9, Paulus menulis: “Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus”.Artinya, jika seorang tidak memiliki Roh Kudus, Roh Allah, Roh Tuhan maka ia bukan milik Kristus, bukan milik Allah, tetapi ia adalah  milik si iblis.

Kapankah Roh Kudus dianugerahkan kepada kita? Pada waktu kita mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Hal itu bukan terjadi dengan kekuatan kita tetapi karena Roh Kudus menjamah hati kita. Roh Kudus mengingatkan kita akan kesalahan-kesalahan, dosa-dosa kita, Roh Kudus menuntun kita pada pertobatan, Roh Kudus melahir barukan kita. Ketika kita menerima Roh Kudus kehidupan kita berubah, tetapi perubahan itu bukan perubahan sekali jadi seperti membalik telapak tangan. Perubahan itu adalah proses pengudusan. Pertobatan, menerima Yesus, menerima Roh Kudus dalam hati kita terjadi satu kali, tetapi proses pengudusan berlangsung seumur hidup, kita disempurnakan semakin serupa dengan Yesus. Dapat kita simpulkan, Allah adalah Bapa kita apabila Roh Kudus sudah tinggal di dalam hati kita.

Selanjutnya, “Bapa Kami yang di Sorga”. Doa Bapa Kami mengingatkan kita akan adanya Sorga, ada Sorga berarti ada juga Neraka. Pada suatu waktu semua orang tanpa terkecuali akan dihakimi oleh seorang hakim yang Maha Agung yaitu Yesus Kristus sendiri. Orang masuk sorga atau neraka tidak ditentukan di sorga, tetapi ditentukan di dunia ini, ditentukan oleh respon yang ia berikan terhadap pewartaan Injil. Orang yang menerima berita Injil masuk sorga, tetapi orang yang menolaknya masuk neraka. Dalam Mrk. 16:15-16 tertulis perkataan Yesus: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.  Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum”.

Selanjutnya, “Dikuduskanlah namaMu”.  Tuhan adalah Maha Kudus. Kita hanya bisa menghadap Tuhan dengan kekudusan. Menyembah Tuhan berhiaskan kekudusan seperti tertulis dalam I Tawarikh 10:29, Mazmur 29:2, Mazmur 96:9. Tanpa kekudusan kita tidak bisa mendekati Tuhan. Dalam Perjanjian Lama, dalam perjalanan umat Israel dari tanah Mesir ke tanah Kanaan, apabila Tuhan mengadakan pertemuan khusus dengan umat-Nya maka umat Israel harus menguduskan dirinya, misalnya; dengan mecuci pakaian dan menjauhkan diri dari kenajisan. Apabila kita mengucapkan Doa Bapa Kami, periksa relung-relung hati kita yang paling dalam, apakah hati kita sudah dikuduskan sehingga doa kita bisa diterima oleh Tuhan. Apabila kita merasa kehidupan kita jauh dari kehidupan yang kudus, itulah saatnya kita koreksi diri. Petrus berkata dalam Kisah Para Rasul 2:38: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”. Inilah seruan pertobatan yang disampaikan oleh Yesus pada Markus 1:15, “Bertobatlah karena kerajaan Allah sudah dekat dan percayalah kepada Injil”.

Selanjutnya, “Datanglah Kerajaan-Mu”. Kerajaan Allah, apakah Kerajaan Allah itu belum datang dan masih menunggu penggenapan-Nya? Tuhan Yesus mengatakan “Kerajaan Allah sudah dekat” 2000 tahun yang lalu dalam pengertian “sudah sangat dekat”. Berarti, Kerajaan Allah itu sudah datang bersama dengan kehadiran Yesus dimuka Bumi ini. Yesus Kristus adalah raja. Rakyatnya adalah kita semua orang-orang yang percaya kepada-Nya. Secara istilah,  kita tidak disebut sebagai rakyat tetapi anak-anak Allah, keluarga besar Kerajaan Allah. Sebagai raja Ia memberikan keamanan, kesejahteraan dan membela umat-Nya dari perlakuan yang tidak adil.

“Datanglah Kerajaan-Mu”, pada masa kini Kerajaan Allah sudah ada, tetapi orang benar dan orang berdosa masih hidup berdampingan bersama-sama, sampai suatu saat nanti sangkakala berbunyi, akan terjadi pemisahan antara orang benar dan orang berdosa. Pada waktu itulah Kerajaan Allah ada dalam bentuk yang sempurna, hanya didiami oleh orang-orang benar. “Datanglah Kerajaan-Mu”, merujuk pada Kerajaan Allah yang sempurna pada waktu kedatangan Yesus yang kedua kali.

Selanjutnya, “Jadilah kehendakMu di Bumi seperti di Sorga”. Kehendak Tuhan lah yang jadi bukan kehendak kita. Kita tidak bisa memaksa Tuhan menjawab doa menurut keinginan kita. Tidak ada suatu prosedur, tata acara dan aturan berdoa untuk bisa memaksa Tuhan memenuhi keinginan kita. Di Taman Getsemani, Yesus berdoa: “Jadilah kehendakMu Bapa, bukan kehendakKu”.Jadilah kehendak Tuhan, berarti ada penyangkalan diri dari pihak kita, menerima apapun jawaban dari sebuah doa, meyakini  itu adalah yang terbaik buat kita pada suatu waktu, walau barangkali tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan atau yang kita inginankan. Tuhan menjawab doa atas dasar belas kasih. Untuk mendapat belas kasihan Tuhan, kita perlu merendahkan diri dihadapan-Nya, menyembah-Nya dalam kekudusan, melakukan firman-Nya sekuat tenaga kita. Lakukan apa saja pun, hal-hal kecil, hal-hal besar yang kita rasa bisa menarik perhatian Tuhan dalam memohon belas kasih-Nya.

Selanjutnya “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami secukupnya”, bukan makanan seminggu, sebulan atau setahun. Tuhan rindu kita berkomunikasi dengan Dia setiap hari, kita minta kebutuhan untuk satu hari. Sering berdoa menyenangkan hati Tuhan.

“Makanan yang secukupnya”. Pada waktu umat Israel berjalan dari Tanah Mesir ke tanah Kanaan mereka mendapatkan manna, mereka boleh ambil dalam jumlah yang cukup untuk hari itu, apabila mereka menyimpannya lebih lama maka manna itu akan menjadi busuk. Kalau kita  lihat foto-foto keluarga tahun 50-an, orang-orang yang hidup pada masa itu, tubuhnya rata-rata ramping atau lebih mengarah pada kurus, karena waktu itu makanan amat terbatas, makan daging ayam saja misalnya hanya pada acara-acara tertentu, pada waktu kita menjamu tamu yang istimewa. Menu makanan di hari-hari biasa terdiri dari sayur dan ikan asin saja. Dengan menu seperti itu, orang-orang jaman dulu kelihatan lebih sehat dari kita sekarang ini. Sekarang ini kita tiap hari bisa memakan daging ayam sehingga tampak lebih gemuk dari orang-orang jaman dulu. Ada orang mengatakan, “makanan adalah pembunuh manusia terbanyak masa kini”, makanan yang berlemak, cepat saji, makanan dalam kaleng dan lain-lain sebagainya menurut dokter tidak baik untuk kesehatan. Doa Bapa Kami mengajarkan kita hidup sehat yaitu makan secukupnya, kata ahli gizi “berhenti makan sebelum kenyang”.

Selanjutnya Matius 6 : 12, “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”. Mengampuni adalah tema yang indah dalam kehidupan orang Kristen. Setiap kali kita mengucapkan Doa Bapa Kami, kita perlu memeriksa apakah ada saudara-saudara yang belum kita ampuni. Apabila kita menghayati, menjiwai Doa Bapa Kami,  maka akar pahit, luka jiwa tidak akan ada dalam diri kita. Sebaliknya, apabila kita tidak mengampuni Tuhan tidak akan mendengarkan doa kita.  Dalam ayat 14, 15 dikatakan: “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Dua  ayat terakhir ini jelas dan tegas berbicara tentang pentingnya arti pengampunan, suara hati Tuhan tentang pengampunan.

Dalam Matius pasal 18, suara hati Tuhan dinyatakan dalam satu perumpamaan tentang seorang yang berhutang kepada raja lebih dari 1 trilyun Rupiah, tidak mampu membayarnya sehingga raja memasukkan orang itu ke dalam penjara. Tetapi oleh karena hamba itu memohon belas kasihan, raja berbelas kasihan menghapuskan hutangnya yang sangat-sangat besar itu. Ketika hamba itu keluar dari penjara, ia bertemu dengan seorang temannya yang berhutang kepadanya sekitar beberapa juta rupiah saja.  Ia mencekik kawannya itu dan mendesak untuk membayar hutangnya. Kawannya memohon belas kasihan tetapi hamba ini tadi menjebloskannya ke dalam penjara. Ketika hal ini di dengar oleh raja, ia murka, menangkapnya kembali dan menyerahkannya kepada algojo-algojo. Betapapun kita sakit hati akan perbuatan saudara-saudara yang lain kepada kita walau kita merasa trauma sekalipun, semua itu adalah sangat-sangat kecil dibandingkan dengan dosa yang sudah kita perbuat kepada Tuhan.

Apabila Tuhan mengampuni dosa kita yang demikian besar, maka kita juga diminta oleh Tuhan mengampuni saudara-saudara kita, apabila hutang kita sebesar 1 trilyun rupiah sudah dihapuskan oleh Tuhan maka kita juga diminta menghapuskan hutang saudara-saudara kita yang beberapa juta rupah tadi. Ada banyak sakit penyakit pada waktu ini yang ditimbulkan oleh akar pahit, luka jiwa, dendam, tidak mengampuni membuat kita lemah secara jasmani dan secara mental. Penyembuhannya bukan melalui obat-obatan tetapi melalui terapi rohani. Apabila kita bisa berdamai, saling mengampuni dengan saudara-saudara yang lain, akar pahit, luka jiwa itu hilang.

Dari renungan ini kita dapat melihat Doa Bapa Kami itu berisi konsep-konsep teeologis yang amat penting dalam hubungan kita dengan Tuhan. Doa Bapa Kami adalah visi Tuhan yang Ia ingin kita mengetahuinya. Kita memandang-Nya sebagai Bapa di dalam Yesus Kristus, kita menyembah-Nya di dalam kekudusan. Ia di dalam anak-Nya Yesus Kristus adalah Raja dalam Kerajaan Allah itu yang sudah ada sekarang dan akan disempurnakan pada waktu kedatangan Yesus yang ke-2 kali. Ia ingin agar kita saling mengampuni seperti Ia sudah mengampuni dosa-dosa kita. Ia ingin kita hidup dalam sukacita, damai dan sejahtera.

Sumber: KYKY (Kebenaran Yang Kami Yakini) GIKI

Doa Yang Dikabulkan

Mrk. 10:46-52

 Ada beberapa hal yang menarik dari cerita yang kita baca, pertama, banyak orang menonton dan mengiring Yesus. Disebutkan tadi ”berbondong-bondong”, tetapi dalam peristiwa itu, mujizat hanya terjadi pada diri Bartimeus. Bila kita  berada dalam ruang ibadah, dalam KKR, dalam persekutuan doa, yakinkan bahwa kita tidak hanya sekedar hadir tetapi ikut mendapatkan berkat, baik dari firman Tuhan yang disampaikan, baik dari nyanyian pujian baik maupun dari kesaksian-kesaksian saudara seiman.

Pertemuan dengan Yesus bisa terjadi dimana saja,  tidak harus ditempat ibadah atau ruang pertemuan. Bartimeus bertemu dengan Yesus di jalan raya. Kita mungkin bertemu dengan Yesus di jalan raya, di keramaian, di rumah sakit,  di tempat hiburan, di pinggir pantai, di atas gunung, di atas kereta api atau di atas pesawat terbang.  Apakah kita mendengarkan siaran radio, menonton televisi, membaca buku rohani atau sedang berbicara dengan saudara lain yang punya pergumulan. Ada kalanya, dalam saat-saat seperti itu Yesus berbicara kepada kita. Bukan pengkhotbahnya yang penting dalam suatu acara rohani, yang penting, kehadiran Tuhan Yesus dalam acara tersebut.

Dalam Mrk. 10:47, tertulis    Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Bartimeus memanggil nama Yesus, ia berteriak dan ketika orang lain menegor agar ia tidak berteriak, ia bukannya diam malah berteriak lebih keras lagi ”Anak Daud kasihanilah aku”. Banyak kesaksian Alkitab, Tuhan menjawab pada waktu umat-Nya  berseru kepada-Nya. Pada waktu kita menghadapi pergumulan dalam hidup kita, jangan minta bantuan kiri-kanan atau pada kerabat, tetapi pertama-tama berserulah kepada Tuhan maka Tuhan akan menjawab.

Tuhan menjawab doa yang disampaikan dengan iman. Dalam Luk. 18:1-14, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang janda dan hakim yang jahat. Walaupun hakim ini adalah seorang yang tidak takut Tuhan tetapi oleh karena janda ini berulang-ulang datang meminta bantuannya maka akhirnya ia mengabulkannya. Yesus berkata: Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?”Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk tidak jemu-jemu berdoa. Ada ungkapan ”sedikit berdoa sedikit berkat,  banyak berdoa banyak berkat , tidak berdoa tidak ada berkat”. Ada yang mengatakan bahwa doa adalah nafas orang Kristen.

Berdoa tidak memerlukan suatu cara yang formal. Kita bisa berdoa pada waktu kita berada dalam angkutan umum, dalam bus atau di dalam angkutan kota. Kita berdoa pada waktu kita sedang duduk di kantor. Kita bisa berdoa pada waktu kita sedang berada di kamar mandi. Dimanapun kita bisa berdoa, sehingga hidup kita adalah hidup berdoa. Di kantor, ketika hendak berbicara dengan pimpinan, doakanlah terlebih dahulu sebelum membuka pintu untuk masuk ruang pimpinan. Kita yang berdagang di pasar, pada waktu pembeli lagi tidak ada, tumpangkan tangan kita, doakan barang-barang yang dijual, kita akan terkejut melihat hasilnya. Bagi pelajar dan mahasiswa, sebelum ujian berdoalah lebih dalam hati, Tuhan akan memberikan pencerahan, hikmat dan kepintaran. Berdoa dengan tidak jemu-jemu berarti ada kalanya doa yang kita panjatkan itu tidak dijawab dengan segera. Mungkin jawaban doa akan kita terima sesudah waktu yang agak lama.

Selanjutnya, bagaimanakah cara berdoa yang baik? Bartimeus berdoa, berkomunikasi dengan Tuhan dengan kalimat-kalimat yang sangat jelas. Dalam ayat ke 51, Bartimeus, berkata: ”Rabuni, supaya aku dapat melihat”. Inilah doa Bartimeus, sebuah doa yang singkat dan amat jelas. Ada orang-orang Kristen yang beranggapan, berdoa haruslah dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang indah. Oleh karena itu, mereka kemudian menolak kalau diminta untuk berdoa dan mengatakan,”Saya tidak bisa berdoa Saudara, silahkan saudara-saudara lain yang berdoa, para penetua, para pengerja, hamba-hamba Tuhan saja yang berdoa”. Bartimeus, seorang pengemis buta, mengajar kita untuk berani berdoa. Yang penting dari sebuah doa bukan jalinan kata-kata dan kalimat yang indah, tetapi suara hati yang indah.

Berdoa adalah komunikasi antara hati dengan hati. Hati kita dengan hati Tuhan. Oleh karena itu doa tidak harus ditulis, tidak harus dihapal dan tidak bersifat rutin. Kalau kita membaca doa-doa tertulis, tidak ubahnya seperti kita membaca sebuah mantera. Kalau kita membaca, jelas bahwa itu adalah suara mulut kita, tetapi belum tentu suara dari hati kita. Kalau kita berdoa secara menghafal secara rutin, yang berdoa adalah mulut kita tetapi mungkin hati kita tidak berdoa. Doa adalah suara hati. Marilah kita berdoa dengan suara hati kita kepada Tuhan.

Selanjutnya kita membaca bahwa pengharapan Bartimeus tidak sia-sia. Pada ayat 49, dituliskan bahwa Yesus berhenti dan berkata: ”Panggillah dia”. Yesus memanggil Bartimeus. Dalam Mrk. 10:50 tertulis:  ”Ia menanggalkan jubahnya, ia segera pergi mendapatkan Yesus”. Apa yang dilakukan Bartimeus pada waktu ia diminta datang oleh Yesus? Bartimeus menanggalkan jubahnya! Kita bisa membayangkan, bahwa Bartimeus berpakaian minim. Jubah adalah pakaian yang terpenting untuk menahan hawa dingin dan juga untuk menahan embusan angin. Tetapi pada waktu bertemu Yesus , ia tanggalkan jubahnya dan tampillah bartimeus dengan apa adanya. Pada waktu bertemu dengan Tuhan Yesus, kita juga membuka ”jubah” kita, segala aksesoris yang kita pergunakan untuk memperelok kita. Kita datang dengan apa adanya, tidak perlu ada yang kita tutup-tutupi. Tidak ada yang perlu kita poles karena Dia mengetahui persis siapa kita sebenarnya.

Apakah yang menyebabkan permintaan Bartimeus dijawab oleh Tuhan Yesus? Apakah karena doanya pendek, jelas dan tegas? Banyak juga orang yang bisa berdoa dengan singkat, jelas dan tegas tetapi tidak semua juga dijawab oleh Tuhan. Apakah oleh karena Bartimeus seorang pengemis yang buta? Tidak juga, belum tentu seorang pengemis buta berdoa, Tuhan akan mendengarkannya. Apakah karena sewaktu Yesus memanggilnya, Bartimeus berdiri dan menanggalkan jubahnya. Belum tentu juga. Sekali lagi kenapa Yesus menjawab doa Bartimeus? Jawabnya singkat, Yesus berbelas kasihan. Tuhan berbelas kasihan, inilah kunci jawaban doa. Tidak ada satu tata aturan dalam berdoa, tidak ada satu format tertentu agar doa kita terjamin akan dijawab oleh Tuhan. Walaupun kita bisa berteologi tentang hal ini, tetapi Tuhan tidak bisa kita atur dengan format kita. Ia menjawab kalau ia berbelas kasihan.

Dalam Luk. 18 diceritakan tentang dua orang yang pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Yang seorang adalah Farisi dan yang lain adalah pemungut cukai. Orang Farisi itu berdoa dan menganggap dirinya benar oleh karena ia berpuasa menjalankan perpuluhan dan semua hukum-hukum Taurat itu. Ia menganggap dirinya benar dan pemungut cukai itu tidak. Tetapi dikatakan oleh Yesus, pemungut cukai itu pulang tidak sebagai orang yang dibenarkan. Sebaliknya, pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, ia bahkan tidak berani menengadah ke langit melainkan ia memukul diri dan berkata: ”Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”. Yesus berkata bahwa pemungut cukai pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah. Kenapa pemungut cukai dibenarkan sedangkan orang Farisi itu tidak? Tidak lain, karena Allah melihat hati tidak melihat kata-kata. Hati dari pemungut cukai, doa yang keluar dari hatinya membuat Tuhan berbelas kasihan. Sekali lagi, belas kasihan Allah lah yang menjawab doa.

Kita pernah mendengar tentang Hizkia dalam 2Raj 20. Dia sudah divonis mati oleh Tuhan. Tetapi kemudian dia menangis, dia memohon dengan sangat agar Tuhan bisa memperpanjang umurnya.  Dan akhirnya Allah yang mengerti bahasa tetesan air mata menjawab doa Hizkia dan mengatakan umur Hizkia diperpanjang 15 tahun lagi. Tuhan yang sudah memvonis mati Hizkia merubah keputusan-Nya sendiri tidak lain oleh karena Tuhan berbelas kasihan kepada Hizkia. Pada waktu Ia berbelas kasihan, Ia bisa merubah keputusan-Nya sendiri.

Demikian juga halnya dengan Hana, ibunda dari Nabi Samuel. Ia adalah salah seorang dari dua orang isteri Elkana, namun bertahun-tahun ia belum juga memiliki keturunan. Ia merasa sedih. Pada waktu mereka pergi ke Bait Suci Tuhan di Silo, Hana berdoa kepada Tuhan dengan menangis tersedu-sedu, bibirnya komat-kamit tetapi suaranya tidak terdengar sehingga Imam Eli menyangka ia sedang mabuk. Tetapi Hana menyatakan bahwa ia bukan sedang mabuk dan ia bukan seorang perempuan jahat tetapi ia sedang mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan Semesta Alam. Tuhan mendengarkan doanya. Setahun kemudian, lahirlah Samuel.

Sekali lagi, tidak ada satu mekanisme, satu prosedur, satu format, satu tata cara yang menuntun yang memastikan agar doa dijawab oleh Tuhan. Kita tidak bisa memaksa Tuhan untuk menjawab sebuah doa. Hal yang bisa kita lakukan adalah memohon belas kasihan Tuhan. Hanya apabila Ia berbelas kasihan, Ia mengabulkan doa kita.

Kesimpulan:

Yang pertama, janganlah kita sekedar menjadi penonton dalam setiap ibadah baik itu kebaktian minggu, KKR atau pun Persekutuan Doa tetapi jadilah kita menjadi orang yang diberkati dalam setiap acara tersebut. Firman Tuhan, kesaksian pujian, kesaksian saudara-saudara yang lain menjadi kekuatan bagi kita.

Yang kedua, dalam berdoa, panjatkanlah doa dengan suara hati. Berdoa bukan seperti membaca mantera atau ayat-ayat hafalan. Kemudian, doakanlah pokok doa kita dengan tidak jemu-jemu, barangkali Tuhan akan menjawabnya pada doa berikutnya.

Hal ketiga, sewaktu kita bertemu dengan Yesus tampilkanlah diri kita sebagaimana apa adanya, jangan dipoles jangan ditambah dengan aksesori lainnya.

Hal keempat, tidak ada tata cara atau format agar doa itu dijawab oleh Tuhan. Tuhan menjawab sebuah doa semata-mata berdasarkan belas kasih-Nya kepada kita.

Bagaimana membuat Allah berbelas kasihan kepada kita? Jadikan kita biji mata Tuhan. Kita menjadi biji mata Tuhan apabila kita sudah diangkat menjadi anak-anak-Nya, anak-anak Allah. Kita diangkat sebagai anak Allah pada waktu kita memiliki Roh Kudus dalam hati kita. Roh Kudus itu ada dalam hati kita, manakala kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pada waktu kita bertobat dari jalan kita yang sesat dari dosa-dosa kita.  Dalam Kis. 2:38, Rasul Petrus mengatakan: ”Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”. Terima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat, bertobat, dilahirbarukan, terima Roh Kudus, kita diangkat menjadi anak Allah. Kita menjadi pewaris janji Allah. Janji-janji Tuhan baik  PL maupun dalam PB semuanya berlaku kepada kita sebagai pewaris janji Allah.

Zaman ini semakin jahat, bukannya semakin baik. Kita sedang berada dalam sebuah peperangan rohani. Kalau kita hanya mengandalkan kekuatan kita, kita pasti gagal. Kalau mengandalkan kekuatan, kita akan menjadi bulan-bulanan iblis. Kita tidak mungkin mengalahkan si iblis. Hanya satu Pribadi yang bisa mengalahkannya, yaitu Yesus Kristus, Tuhan, Juru Selamat dan Raja kita.

Sumber: KYKY (Kebenaran Yang Kami Yakini) GIKI