Doa Yang Dikabulkan

Mrk. 10:46-52

 Ada beberapa hal yang menarik dari cerita yang kita baca, pertama, banyak orang menonton dan mengiring Yesus. Disebutkan tadi ”berbondong-bondong”, tetapi dalam peristiwa itu, mujizat hanya terjadi pada diri Bartimeus. Bila kita  berada dalam ruang ibadah, dalam KKR, dalam persekutuan doa, yakinkan bahwa kita tidak hanya sekedar hadir tetapi ikut mendapatkan berkat, baik dari firman Tuhan yang disampaikan, baik dari nyanyian pujian baik maupun dari kesaksian-kesaksian saudara seiman.

Pertemuan dengan Yesus bisa terjadi dimana saja,  tidak harus ditempat ibadah atau ruang pertemuan. Bartimeus bertemu dengan Yesus di jalan raya. Kita mungkin bertemu dengan Yesus di jalan raya, di keramaian, di rumah sakit,  di tempat hiburan, di pinggir pantai, di atas gunung, di atas kereta api atau di atas pesawat terbang.  Apakah kita mendengarkan siaran radio, menonton televisi, membaca buku rohani atau sedang berbicara dengan saudara lain yang punya pergumulan. Ada kalanya, dalam saat-saat seperti itu Yesus berbicara kepada kita. Bukan pengkhotbahnya yang penting dalam suatu acara rohani, yang penting, kehadiran Tuhan Yesus dalam acara tersebut.

Dalam Mrk. 10:47, tertulis    Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Bartimeus memanggil nama Yesus, ia berteriak dan ketika orang lain menegor agar ia tidak berteriak, ia bukannya diam malah berteriak lebih keras lagi ”Anak Daud kasihanilah aku”. Banyak kesaksian Alkitab, Tuhan menjawab pada waktu umat-Nya  berseru kepada-Nya. Pada waktu kita menghadapi pergumulan dalam hidup kita, jangan minta bantuan kiri-kanan atau pada kerabat, tetapi pertama-tama berserulah kepada Tuhan maka Tuhan akan menjawab.

Tuhan menjawab doa yang disampaikan dengan iman. Dalam Luk. 18:1-14, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang janda dan hakim yang jahat. Walaupun hakim ini adalah seorang yang tidak takut Tuhan tetapi oleh karena janda ini berulang-ulang datang meminta bantuannya maka akhirnya ia mengabulkannya. Yesus berkata: Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?”Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk tidak jemu-jemu berdoa. Ada ungkapan ”sedikit berdoa sedikit berkat,  banyak berdoa banyak berkat , tidak berdoa tidak ada berkat”. Ada yang mengatakan bahwa doa adalah nafas orang Kristen.

Berdoa tidak memerlukan suatu cara yang formal. Kita bisa berdoa pada waktu kita berada dalam angkutan umum, dalam bus atau di dalam angkutan kota. Kita berdoa pada waktu kita sedang duduk di kantor. Kita bisa berdoa pada waktu kita sedang berada di kamar mandi. Dimanapun kita bisa berdoa, sehingga hidup kita adalah hidup berdoa. Di kantor, ketika hendak berbicara dengan pimpinan, doakanlah terlebih dahulu sebelum membuka pintu untuk masuk ruang pimpinan. Kita yang berdagang di pasar, pada waktu pembeli lagi tidak ada, tumpangkan tangan kita, doakan barang-barang yang dijual, kita akan terkejut melihat hasilnya. Bagi pelajar dan mahasiswa, sebelum ujian berdoalah lebih dalam hati, Tuhan akan memberikan pencerahan, hikmat dan kepintaran. Berdoa dengan tidak jemu-jemu berarti ada kalanya doa yang kita panjatkan itu tidak dijawab dengan segera. Mungkin jawaban doa akan kita terima sesudah waktu yang agak lama.

Selanjutnya, bagaimanakah cara berdoa yang baik? Bartimeus berdoa, berkomunikasi dengan Tuhan dengan kalimat-kalimat yang sangat jelas. Dalam ayat ke 51, Bartimeus, berkata: ”Rabuni, supaya aku dapat melihat”. Inilah doa Bartimeus, sebuah doa yang singkat dan amat jelas. Ada orang-orang Kristen yang beranggapan, berdoa haruslah dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang indah. Oleh karena itu, mereka kemudian menolak kalau diminta untuk berdoa dan mengatakan,”Saya tidak bisa berdoa Saudara, silahkan saudara-saudara lain yang berdoa, para penetua, para pengerja, hamba-hamba Tuhan saja yang berdoa”. Bartimeus, seorang pengemis buta, mengajar kita untuk berani berdoa. Yang penting dari sebuah doa bukan jalinan kata-kata dan kalimat yang indah, tetapi suara hati yang indah.

Berdoa adalah komunikasi antara hati dengan hati. Hati kita dengan hati Tuhan. Oleh karena itu doa tidak harus ditulis, tidak harus dihapal dan tidak bersifat rutin. Kalau kita membaca doa-doa tertulis, tidak ubahnya seperti kita membaca sebuah mantera. Kalau kita membaca, jelas bahwa itu adalah suara mulut kita, tetapi belum tentu suara dari hati kita. Kalau kita berdoa secara menghafal secara rutin, yang berdoa adalah mulut kita tetapi mungkin hati kita tidak berdoa. Doa adalah suara hati. Marilah kita berdoa dengan suara hati kita kepada Tuhan.

Selanjutnya kita membaca bahwa pengharapan Bartimeus tidak sia-sia. Pada ayat 49, dituliskan bahwa Yesus berhenti dan berkata: ”Panggillah dia”. Yesus memanggil Bartimeus. Dalam Mrk. 10:50 tertulis:  ”Ia menanggalkan jubahnya, ia segera pergi mendapatkan Yesus”. Apa yang dilakukan Bartimeus pada waktu ia diminta datang oleh Yesus? Bartimeus menanggalkan jubahnya! Kita bisa membayangkan, bahwa Bartimeus berpakaian minim. Jubah adalah pakaian yang terpenting untuk menahan hawa dingin dan juga untuk menahan embusan angin. Tetapi pada waktu bertemu Yesus , ia tanggalkan jubahnya dan tampillah bartimeus dengan apa adanya. Pada waktu bertemu dengan Tuhan Yesus, kita juga membuka ”jubah” kita, segala aksesoris yang kita pergunakan untuk memperelok kita. Kita datang dengan apa adanya, tidak perlu ada yang kita tutup-tutupi. Tidak ada yang perlu kita poles karena Dia mengetahui persis siapa kita sebenarnya.

Apakah yang menyebabkan permintaan Bartimeus dijawab oleh Tuhan Yesus? Apakah karena doanya pendek, jelas dan tegas? Banyak juga orang yang bisa berdoa dengan singkat, jelas dan tegas tetapi tidak semua juga dijawab oleh Tuhan. Apakah oleh karena Bartimeus seorang pengemis yang buta? Tidak juga, belum tentu seorang pengemis buta berdoa, Tuhan akan mendengarkannya. Apakah karena sewaktu Yesus memanggilnya, Bartimeus berdiri dan menanggalkan jubahnya. Belum tentu juga. Sekali lagi kenapa Yesus menjawab doa Bartimeus? Jawabnya singkat, Yesus berbelas kasihan. Tuhan berbelas kasihan, inilah kunci jawaban doa. Tidak ada satu tata aturan dalam berdoa, tidak ada satu format tertentu agar doa kita terjamin akan dijawab oleh Tuhan. Walaupun kita bisa berteologi tentang hal ini, tetapi Tuhan tidak bisa kita atur dengan format kita. Ia menjawab kalau ia berbelas kasihan.

Dalam Luk. 18 diceritakan tentang dua orang yang pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Yang seorang adalah Farisi dan yang lain adalah pemungut cukai. Orang Farisi itu berdoa dan menganggap dirinya benar oleh karena ia berpuasa menjalankan perpuluhan dan semua hukum-hukum Taurat itu. Ia menganggap dirinya benar dan pemungut cukai itu tidak. Tetapi dikatakan oleh Yesus, pemungut cukai itu pulang tidak sebagai orang yang dibenarkan. Sebaliknya, pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, ia bahkan tidak berani menengadah ke langit melainkan ia memukul diri dan berkata: ”Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”. Yesus berkata bahwa pemungut cukai pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah. Kenapa pemungut cukai dibenarkan sedangkan orang Farisi itu tidak? Tidak lain, karena Allah melihat hati tidak melihat kata-kata. Hati dari pemungut cukai, doa yang keluar dari hatinya membuat Tuhan berbelas kasihan. Sekali lagi, belas kasihan Allah lah yang menjawab doa.

Kita pernah mendengar tentang Hizkia dalam 2Raj 20. Dia sudah divonis mati oleh Tuhan. Tetapi kemudian dia menangis, dia memohon dengan sangat agar Tuhan bisa memperpanjang umurnya.  Dan akhirnya Allah yang mengerti bahasa tetesan air mata menjawab doa Hizkia dan mengatakan umur Hizkia diperpanjang 15 tahun lagi. Tuhan yang sudah memvonis mati Hizkia merubah keputusan-Nya sendiri tidak lain oleh karena Tuhan berbelas kasihan kepada Hizkia. Pada waktu Ia berbelas kasihan, Ia bisa merubah keputusan-Nya sendiri.

Demikian juga halnya dengan Hana, ibunda dari Nabi Samuel. Ia adalah salah seorang dari dua orang isteri Elkana, namun bertahun-tahun ia belum juga memiliki keturunan. Ia merasa sedih. Pada waktu mereka pergi ke Bait Suci Tuhan di Silo, Hana berdoa kepada Tuhan dengan menangis tersedu-sedu, bibirnya komat-kamit tetapi suaranya tidak terdengar sehingga Imam Eli menyangka ia sedang mabuk. Tetapi Hana menyatakan bahwa ia bukan sedang mabuk dan ia bukan seorang perempuan jahat tetapi ia sedang mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan Semesta Alam. Tuhan mendengarkan doanya. Setahun kemudian, lahirlah Samuel.

Sekali lagi, tidak ada satu mekanisme, satu prosedur, satu format, satu tata cara yang menuntun yang memastikan agar doa dijawab oleh Tuhan. Kita tidak bisa memaksa Tuhan untuk menjawab sebuah doa. Hal yang bisa kita lakukan adalah memohon belas kasihan Tuhan. Hanya apabila Ia berbelas kasihan, Ia mengabulkan doa kita.

Kesimpulan:

Yang pertama, janganlah kita sekedar menjadi penonton dalam setiap ibadah baik itu kebaktian minggu, KKR atau pun Persekutuan Doa tetapi jadilah kita menjadi orang yang diberkati dalam setiap acara tersebut. Firman Tuhan, kesaksian pujian, kesaksian saudara-saudara yang lain menjadi kekuatan bagi kita.

Yang kedua, dalam berdoa, panjatkanlah doa dengan suara hati. Berdoa bukan seperti membaca mantera atau ayat-ayat hafalan. Kemudian, doakanlah pokok doa kita dengan tidak jemu-jemu, barangkali Tuhan akan menjawabnya pada doa berikutnya.

Hal ketiga, sewaktu kita bertemu dengan Yesus tampilkanlah diri kita sebagaimana apa adanya, jangan dipoles jangan ditambah dengan aksesori lainnya.

Hal keempat, tidak ada tata cara atau format agar doa itu dijawab oleh Tuhan. Tuhan menjawab sebuah doa semata-mata berdasarkan belas kasih-Nya kepada kita.

Bagaimana membuat Allah berbelas kasihan kepada kita? Jadikan kita biji mata Tuhan. Kita menjadi biji mata Tuhan apabila kita sudah diangkat menjadi anak-anak-Nya, anak-anak Allah. Kita diangkat sebagai anak Allah pada waktu kita memiliki Roh Kudus dalam hati kita. Roh Kudus itu ada dalam hati kita, manakala kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pada waktu kita bertobat dari jalan kita yang sesat dari dosa-dosa kita.  Dalam Kis. 2:38, Rasul Petrus mengatakan: ”Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”. Terima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat, bertobat, dilahirbarukan, terima Roh Kudus, kita diangkat menjadi anak Allah. Kita menjadi pewaris janji Allah. Janji-janji Tuhan baik  PL maupun dalam PB semuanya berlaku kepada kita sebagai pewaris janji Allah.

Zaman ini semakin jahat, bukannya semakin baik. Kita sedang berada dalam sebuah peperangan rohani. Kalau kita hanya mengandalkan kekuatan kita, kita pasti gagal. Kalau mengandalkan kekuatan, kita akan menjadi bulan-bulanan iblis. Kita tidak mungkin mengalahkan si iblis. Hanya satu Pribadi yang bisa mengalahkannya, yaitu Yesus Kristus, Tuhan, Juru Selamat dan Raja kita.

Sumber: KYKY (Kebenaran Yang Kami Yakini) GIKI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *