Pertanyaan tentang siapakah Yesus, adalah pertanyaan dari awal berdirinya gereja sampai dengan sekarang ini, banyak orang yang berbeda pandangan tentang siapakah Dia. Misalnya, pada waktu kita menyebut Allah sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Benar yang kita sebutkan adalah Allah, apabila kita melihatnya sebagai Allah di dalam Yesus Kristus. Pemeluk agama Yahudi juga menyebutkan Allah sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, tetapi mereka tidak mempercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan. Apakah sama Allah dalam kedua versi itu? Tentu saja tidak. Allah di luar Yesus Kristus, bukanlah Allah umat Kristiani.
Untuk mengenal Yesus lebih baik, kita perlu juga mengenal Allah lebih baik. Siapakah Allah itu? Apakah manusia di bumi ini pernah melihat Allah? Kalau kita pelajari kitab-kitab Perjanjian Lama, Allah berbicara hanya dengan orang-orang tertentu, misalnya dengan Musa. Ia merasakan kehadiran dan kemulian Allah yang luar biasa, tetapi Musa tidak pernah melihat Allah dengan sempurna. Apakah nanti di Sorga kita bisa melihat Allah ? Dalam kitab Yes. 6:1, Tuhan mengizinkan Yesaya melihat kemulian-Nya. Dalam ayat tersebut, tertulis :” Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci”. Jadi Yesaya tidak bisa melihat dengan sempurna kemuliaan Allah itu.
Dalam Yes 6:2 tertulis : ”Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang”. Bahkan Serafim sendiri, malaikat kudus yang melayani Tuhan, tidak bisa melihat kemuliaan Allah secara sempurna. Kalau demikian, bagaimana kita nanti mengenal Allah? Kita hanya bisa mengenal Allah, apabila Ia memperkenalkan diri-Nya kepada kita. Itulah yang terjadi dengan kedatangan-Nya sebagai manusia di dalam Yesus Kristus. Yoh 1:18 berkata: “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya”. Allah memperkenalkan diri-Nya kepada manusia melalui Yesus Kristus.
Selanjutnya, kita amini,Yesus yang disalib, bangkit dari antara orang mati dan naik ke sorga duduk disebelah kanan Allah Bapa? Apa artinya Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa sedangkan kita sendiri kita tidak mampu untuk melihat Allah Bapa itu. Menurut pendapat saya, pada waktu kita memasuki kerajaan kekekalan, Yesus adalah Tuhan yang bisa kita lihat. Kepada penjahat yang disalib bersama Dia, Yesus mengatakan: ”Sebentar lagi kita akan bersama-sama di taman firdaus”. Dengan pengertian ini, menjadi jelas, yang dikatakan Yesus bahwa ”di dalam Yesus tidak ada lagi kematian”, artinya, di dunia ini kita bersama Yesus, di taman firdaus kita bersama Yesus dan di dunia yang kekal nanti kita bersama dengan Yesus.
Cara berdoa kadang-kadang menunjukkan juga pemahaman kita tentang siapakah Yesus. Ada orang yang beranggapan bahwa nama Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus harus disebut secara berimbang. Apabila saya menyebut nama Bapa terlalu sering nanti bagaimana dengan Allah Anak, dan bagaimana kalau saya terlalu sering menyebut nama Allah Bapa dan Allah Anak, nanti saya melupakan Allah Roh Kudus? Perlu kita ingat, Allah adalah Allah Yang Esa. Dalam Yoh. 14:23, ” Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia”. Jadi tidak perlu dibedakan, tidak perlu dipertentangkan antara Allah Bapa dengan Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Kita dapat menyebut Allah sebagai Bapa, atau menyebut Allah sebagai Roh Kudus. Tetapi sebagai umat Injili, kita lebih sering menyebut Allah sebagai Tuhan Yesus karena alamat doa ini jelas. Kalau hanya menyebut nama Tuhan, barangkali kita berbicara tentang Allah yang berbeda.
Pengenalan kita tentang Yesus akan mempengaruhi semua hubungan kerohanian kita dengan Allah. Baik cara kita berkhotbah, memilih puji-pujian dan sebagainya. Semua pemberitaan firman berpusat kepada Dia, semua puji-pujian akan berpusat pada Dia. Kidung-kidung pujian yang mungkin terasa indah, dan enak didengar, tetapi tanpa ada pemberitaan tentang Yesus didalamnya, tidak lebih dari kidung pujian yang dinyanyikan penyanyi-penyanyi populer. Mungkin indah, namun tanpa ada jamahan terhadap rohani kita.
Sampai masa kini usaha-usaha merendahkan Yesus tidak pernah berhenti. Beberapa waktu yang lalu muncul film berjudul Da Vinci Code yang menghebohkan karena mengatakan bahwa Yesus menikah dengan Marida Magdalena. Munculnya Anti Kristus sudah dinubuatkan oleh firman Tuhan antara lain dalam 1 Yoh 4:3 demikian: “Dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”. Sejak tahun 1960-an bermunculan buku-buku dan film-film yang mencoba mendiskreditkan pribadi Yesus. Sebuah buku terbit dalam tahun 1960-an yang kemudian difilmkan dalam tahun 1970-an dengan judul ”Jesus Christ Super Star” karya Tim Rice dan Andrew Lloyd Weber yang menjadikan Judas Iskariot sebagai pahlawan dan Yesus digambarkan sebagai orang yang frustrasi dan mati dalam kegagalan.
Perkembangan teologia liberal yang didorong paham rasionaisme beberapa abad yang lalu telah menghasilkan apa yang disebut ”Historical Jesus”, ”Yesus Sejarah” yang mencoba merekonstruksi kehidupan Yesus dengan menolak hal-hal yang bersifat supranatural disekeliling-Nya terutama kelahiran dari anak dara, mujizat yang dilakukannya, kebangkitan-Nya sehingga ketuhanan Yesus pun ditolak dan Yesus dipaksakan untuk sekedar menjadi tokoh yang mengalami pergumulan sosial politik di Palestina di abad pertama.
Kembali pada pertanyaan, siapakah Yesus yang sebenarnya?
Ada berbagai sebutan yang diberikan bagi Yesus, Penasihat Ajaib, Allah Yang Perkasa, Bapa Yang Kekal, Raja Damai Anak Manusia , Anak Domba Allah , Anak Allah, Nabi, Rabbi, Tabib yang Agung , Gembala Yang Baik, Terang Dunia, Firman Allah Yang Hidup, Yang Awal dan Yang Ahir. Tetapi bagi saya, ada tiga sebutan utama Yesus. Yang pertama, Yesus adalah Tuhan, yang kedua Ia adalah Juru Selamat dan yang ketiga, Yesus adalah Raja.
Sebutan yang pertama, Yesus adalah Tuhan. Tuhan, adalah sebutan utama Yesus. Kyrios dalam bahasa Yunani, merupakan terjemahan dari bahasa Ibrani YHWE yaitu nama Allah dalam Perjanjian Lama. Dengan menyebut Yesus sebagai Tuhan, kita meyakini bahwa Yesus adalah Allah yang menciptakan langit, bumi dan segenap isinya. Yesus adalah Allah yang disebut dalam perjanjian Lama dan dalam Perjanjian Baru mendatangi manusia di dalam pribadi Yesus. Dalam Yoh 10:30, Yesus berkata: “Aku dan Bapa adalah satu”. Dalam Yohanes 8:58, Yesus menjelaskan lebih jauh siapa Dia sebenarnya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada”. Keilahian Yesus ditegaskan Injil Yoh. 1:1 yang mengatakan, “Firman itu adalah Allah” dan dalam Yoh 1:14 tertulis ”Firman itu telah menjadi manusia”. Yesus adalah Allah dalam wujud manusia.
Nubuat-nubuat tentang Kristus dalam Perjanjian Lama menyatakan keilahiannya, Antara lain dalam Yesaya 9:5-6, tertulis “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini”.
Menarik untuk diketahui, penyebutan ”Tuhan Yesus” dalam Perjanjian Baru terjemahan baru Bahasa Indonesia ada sebanyak 56 kali, dan hanya 3 kali penyebutan ’Tuhan Yesus” dicatat dalam kitab-kitab Injil yaitu, Markus 16:19, Lukas 24:3 dan Yoh 4:1. Sebanyak 53 kali penyebutan ”Tuhan Yesus” lainnya justru terdapat dalam kitab atau surat-surat lainnya. Apa artinya ini? Yesus yang rendah hati itu, walau Dia adalah Allah tidak pernah menyebut diri-Nya sebagai Allah. Para pengikutnyalah yang dengan pemahaman yang disampaikan Roh Kudus menyebut Yesus sebagai Tuhan.
Sebutan Yesus yang kedua adalah Juru Selamat. Sebutan ini dikumandangkan oleh seorang malaikat, diiringi bala tentara Sorga yang banyak jumlahnya, dalam Lukas 2:11, ”Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”. Ia adalah Anak domba yang telah dikorbankan di kayu salib sebagai korban penghapusan dosa manusia. Kita bukan ditebus dengan uang, emas atau perak melainkan dengan harga yang sangat mahal, dengan darah yang tidak bercela yaitu darah Allah sendiri yang mengalir dalam tubuh Yesus Kristus. Anak Domba yang dikorbankan, berarti dosa manusia yang percaya kepada-Nya dihapus melalui kematian Yesus, seperti yang dimaksudkan sebagai “korban penebus salah” dalam Perjanjian Lama, khususnya dalam Kitab Imamat 5:17-19. Dalam peristiwa Paskah pertama, ketika bangsa Israel dilepaskan dari perbudakan di Mesir, pengorbanan seekor anak domba memainkan peranan besar. Dalam Markus 14:22-25, Ia mengingatkan murid-murid bahwa apa yang akan dilakukan-Nya di kayu salib merupakan suatu titik balik yang penting dalam hidup mereka sendiri, sama seperti Paskah pertama telah menjadi titik balik bagi seluruh bangsa Israel.
Dalam Markus 10:45, Yesus mengatakan dengan tegas bahwa Dia hendak menjadi “tebusan”. “Tebusan” adalah harga yang dibayar guna membebaskan seorang budak. Gambaran ini cocok dengan kematian Yesus, karena orang yang dibebaskan Yesus, benar-benar dibebaskan agar menjadi milik Allah. 1Petrus 1:18-19 berkata, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”. Ketika Yesus mati sebagai korban di kayu salib sebagai tebusan bagi kita, Ia mati menggantikan kita. Di kayu salib Ia melakukan bagi kita apa yang tidak dapat kita lakukan sendiri.
Sebutan Yesus yang ketiga adalah Raja. Malaikat Gabriel menyapa Maria dalam Lukas 1:33, demikian, ”dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan”. Hal inilah yang telah dinubuatkan di dalam Yesaya 9:6, ”Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya”. Yesus bukan saja Tuhan dan Juru Selamat tetapi juga adalah Raja. Ia adalah Raja, kita adalah warga kerajaan itu.
Apakah beda antara Tuhan dan Raja? Tuhan dan Raja sama-sama ditinggikan, dihormati dan disembah, tetapi seorang Raja memiliki hubungi keseharian dengan rakyat-Nya. Dalam Yesaya 9:5 tertulis bahwa ada lambang pemerintahan yang diletakkan dalam bahu Yesus. Apakah fungsi seorang raja? Ada tiga fungsi yang melekat dalam diri seorang raja. Pertama, seorang raja bertanggung-jawab terhadap keamanan kerajaan dan rakyatnya. Kalau ada musuh menyerang, raja akan menggerakkan pasukannya untuk menumpas musuh yang menyerang. Yang kedua, seorang raja bertanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dan fungsi raja yang ketiga adalah sebagai hakim. Pada waktu rakyatnya diperlakukan tidak adil, rakyat bisa mengadukan perkaranya kepada raja dan ia akan menghakimi dengan adil.
Kerajaan Allah sudah ada di dunia ini, sudah diproklamasikan oleh Yesus. Kerajaan itu akan menjadi sempurna sesudah kedatangan-Nya yang kedua kali. Kerajaan Allah itu ibarat biji sesawi yang bertumbuh menjadi pohon yang besar atau sebagai ragi yang mengkhamiri seluruh adonan. Kerajaan Allah itu ada di antara orang-orang percaya. Kalau kita meyakini Kerajaan Allah sudah ada, maka sebagai konsekuensinya, Yesus adalah Raja dalam Kerajaan Allah ini. Dengan keyakinan seperti ini, kita meyakini pula bahwa pada masa kini pun ada proteksi, perlindungan khusus bagi setiap orang percaya, kita adalah biji mata-Nya. Yesus, raja kita akan meluputkan kita pada masa kesesakan.
Kita meyakini, setiap orang percaya akan mendapatkan makanan, minuman, pakaian, rumah dan semua kebutuhan hidupnya. Inilah yang dijanjikan Yesus dalam matius 6:33, ”Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya maka semua itu akan ditambahkan kepadamu”.
Kita juga meyakini, walau kita hidup dalam dunia yang tidak adil tetapi Yesus adalah Hakim yang Adil, Ia akan melindungi kita, mempertahankan hak-hak kita dalam kehidupan kita di dunia ini.
Sumber: KYKY (Kebenaran Yang Kami Yakini) GIKI