Mengenal Alkitab

Manusia tidak dapat mengenal Allah kalau bukan Ia sendiri yang memperkenalkan dirinya. Ia memperkenalkan diri-Nya kepada manusia, pertama, melalui ciptaan-Nya di alam semesta ini, kedua, melalui Alkitab yang berisi tulisan-tulisan yang diinspirasikan Allah. Ketiga, pada zaman akhir Ia memperkenalkan diri-Nya sebagai manusia di dalam anak-Nya yang tunggal Yesus Kristus. Keempat,  dalam zaman anugerah ini, Tuhan bergaul akrab dengan  orang percaya karena Ia tinggal di dalam diri orang tersebut, di dalam Roh-Nya Yang Kudus.

Alkitab adalah sumber tulisan yang kaya untuk mengenal Tuhan. Alkitab berisi suara hati, perasaan, pandangan dan pikiran Tuhan tentang segala sesuatu di alam semesta ini, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, khususnya tentang hubungan-Nya dengan manusia ciptaan-Nya. Dengan demikian, kita dapat mengenal Tuhan lebih baik, mengenal Yesus lebih baik, apabila kita mau mempelajari sehingga memahami Alkitab lebih baik.

Bagaimana proses penulisan Alkitab? Pada masa kini, kita dapat menulis di atas kertas dengan pensil. Bila ada salah tulis, kita bisa menghilangkannya dengan karet penghapus dan menulis perbaikannya. Atau, kita bisa mencoret-coret di sana sini. Sesudah dianggap cukup baik, kita salin kembali pada lembaran kertas baru. Revisi tulisan lima sampai sepuluh kali, sampai penulis puas, tidak menjadi masalah karena harga kertas, pensil dan penghapus cukup murah. Apalagi sekarang ini, semakin banyak orang menulis program pengolah kata di komputer. Penulisan, penghapusan, penambahan dan pergeseran kata, kalimat dan paragrap sangat mudah dilakukan.

Sangat berbeda keadaan sekarang dengan keadaan zaman dulu, pada waktu Alkitab ditulis. Belum ada kertas tulis dan komputer pengolah kata. Pada umumnya, naskah Alkitab  ditulis di atas papirus atau kulit binatang yang diolah sehingga bisa ditulis.  Papirus ialah “kertas” yang dibuat dari pohon mirip pohon bengkuang, bahan pembuat tikar di negeri kita, tumbuh di delta sungai Nil di Mesir. Bahan kertas papirus diambil dari bagian dalam pohonnya dan dipotong-potong dalam bentuk pita, diproses menjadi lembaran yang bisa ditulis. Nama Yunaninya adalah  papuros (kata kedua Yunani yang sama artinya adalah bublos, akar kata dari bible dalam bahasa Inggris sedangkan papuros adalah akar kata dari “paper” dalam bahasa Inggris). “Kertas” dari kulit binatang  disebut perkamen (parchment) atau “kertas kulit”, lebih tahan lama, namun lebih mahal harganya. Perkamen dibuat dari kulit domba, anak domba, kambing dan anak lembu.

Coba kita bayangkan bagaimana naskah asli Alkitab ditulis. Hamba Tuhan (seperti nabi dan rasul) yang memperoleh wahyu atau inspirasi dari Roh Kudus menulis firman Tuhan dengan tangannya sendiri atau dituliskan oleh pengikutnya. Tidak ada ruang untuk perbaikan redaksional seperti kita miliki bila menulis dengan komputer. Kesalahan-kesalahan menulis atau mengucapkan kalimat akan berakibat pada penggantian kertas papirus atau perkamen yang mahal. Tetapi, sungguh mengagumkan, merupakan suatu mujizat melihat keindahan tulisan-tulisan dalam Alkitab. Tulisan itu bersinambung secara utuh dan mengungkapkan makna sesuai dengan yang diinginkan Tuhan. Keindahan dan ketelitian seperti itu barangkali memerlukan editing 10 sampai dengan 20 kali pada masa kita sekarang, tetapi dalam penulisan naskah asli Alkitab tampaknya tanpa editing sama sekali. Pengucapan dan penulisannya seperti air yang mengalir. Hal ini hanya bisa terjadi karena Roh Kudus lah yang sebenarnya berkarya pada penulisan naskah asli Alkitab itu.

Hal lain yang perlu kita pahami, penulisan naskah asli Alkitab itu, adalah ibarat seorang pemuda menulis surat cinta berpuluh halaman pada kekasihnya. Surat itu tidak memakai pasal, sub-pasal dan nomer ayat. Seperti dikatakan tadi, tulisan itu seperti air yang mengalir. Alkitab tanpa pembagian pasal atau sub-pasal (perikop) atau nomer ayat menimbulkan kesulitan dalam mengkomunikasikannya. Bagaimana kita meminta jemaat membaca bagian firman tertentu tanpa pasal dan nomer ayat? Oleh karena itu, beberapa orang bapa gereja dan akhli Alkitab membagi-bagi kitab dalam Alkitab atas pasal dan nomer ayat, bahkan memberi judul pada sebagian besar pasal atau sub-pasal (perikop). Tetapi perlu kita ingat, pembagian dan pemberian judul dan penomeran ayat bukan termasuk yang diwahyukan Allah kepada penulisnya.

Kitab-kitab yang paling pendek terdiri dari 1 pasal saja, yaitu ada lima: Kitab Obaja, Surat Filemon, Surat 2 Yohanes, Surat 3 Yohanes, dan Surat Yudas; sedangkan yang paling panjang 150 pasal: Kitab Mazmur. Masing-masing pasal dibagi menjadi sejumlah ayat. Yang paling sedikit 2 ayat: Mazmur 117; dan yang paling banyak 176 ayat: Mazmur 119.  Selain itu setiap terjemahan Alkitab memiliki bagian sub-pasal yang disebut dengan perikop, yaitu yang membahas suatu topik tertentu. Pembagian-pembagian ini bukan merupakan bagian isi Alkitab yang sebenarnya, melainkan hanya sebagai alat bantu untuk memudahkan pembacaan atau pencarian kembali suatu pembacaan bagian tertentu.

Mungkin, dengan maksud tidak mempengaruhi apa yang sesungguhnya dimaksudkan oleh penulisnya, Alkitab Bahasa Inggris versi King James (KJV), tidak menulis judul pasal kecuali dalam kitab Mazmur. Dalam kitab Mazmur, sebagian besar pasalnya dalam KJV diberi judul yang sama dengan ayat pertama pasal tersebut. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia, judul pasal tersebut menjadi ayat pertama, judul diberikan tersendiri. Jadi jumlah ayat Mazmur bahasa Indonesia lebih banyak dari jumlah ayat Mazmur Bahasa Inggris. Pasal-pasal Kitab mazmur adalah kumpulan nyanyian atau puisi yang berdiri sendiri, terpisah satu dengan lainnya.

Kitab-kitab zaman dahulu kala memiliki dua macam bentuk, bentuk gulungan dan bentuk “kodeks” (Codex). Yang berbentuk “gulungan”  dijahit atau dilekatkan satu sama lain pada ujungnya, sehingga terbentuk helai “kertas” yang panjang, kadang-kadang mencapai beberapa meter. Kodeks adalah buku mirip bentuk buku zaman sekarang, halaman demi halaman ditumpuk satu dengan lainnya, mulai digunakan sejak abad ke-2 sesudah masehi. Naskah-naskah PL maupun PB yang ada sekarang ini adalah salinan dari naskah-naskah asli, atau mungkin salinan dari salinan. Hal ini dapat dipahami karena bahan yang dipakai ialah papirus yang rapuh dan menjadi lapuk dalam waktu yang panjang.  Berabad-abad lamanya Kitab Suci disalin dengan tangan. Buku lama diganti dengan yang baru.

Bagaimanakah proses penulisan Akitab? Umumnya nabi-nabi tidak menuliskannya, mereka menyampaikan langsung kepada umst atau jemaat. Murid-murid nabi-nabi menghimpun nubuat-nubuat dan menuliskannya. Ini berarti, terdapat banyak penulis Alkitab. Kebanyakan dari mereka itu tidak dapat kita ketahui. Semula naskah-naskah itu tersebar luas sesuai dengan alamat pengiriman masing-masing. Surat Paulus kepada jemaat Galatia, Korintus, dan kepada Timotius misalnya, disimpan oleh jemaat di tempat-tempat itu. Lalu naskah yang tersebar itu berangsur-angsur dihimpun dan akhirnya PL dan PB mencapai bentuknya yang sekarang.

Terbentuknya Alkitab dalam bentuknya sekarang ini memakan waktu sekitar sebelas abad (1100 tahun). Dalam rentang waktu yang panjang itu terjadilah proses pembentukan kanon, kitab-kitab yang diakui sebagai Firman Allah, diilhamkan oleh Roh Kudus, berwibawa sebagai ukuran atau patokan iman dan kehidupan.  Gereja Protestan mengakui Alkitab yang terdiri dari 66 kitab itu sebagai firman Tuhan. Kitab-kitab PL yang tertua berbahasa Ibrani (Yahudi) terdiri dari 39 kitab, dan PB berbahasa Yunani sebanyak 27 kitab.  Disamping 66 kitab itu, Gereja Katolik Roma menetapkan tambahan 10 kitab apokrif ([deuterokanonika).

Sumber: KYKY (Kebenaran Yang Kami Yakini) GIKI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *