Rm. 12 : 15
Sebagai orang percaya kepada Kristus, tentu kata “kasih” bukanlah suatu kata yang baru kita dengar atau sesuatu yang aneh, karena dalam khotbah di gereja maupun persekutuan doa, kata kasih ini selalu di sampaikan. Tentu ada alasannya mengapa kata ini selalu di ucapkan atau disampaikan bagi kita.
Perintah atau hukum yang tertinggi yang dikatakan Allah bagi kita adalah “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap kekuatanmu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri”. Tentu melalui firman ini kita dapat mengerti bahwa, wajib hukumnya kita melakukan kasih bagi sesama. Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah, bagaimana agar kita dapat bersimpati dan berempati dengan sesama saudara?
Suatu ketika, saya bertemu dengan seorang mahasiswa yang sedang kuliah di suatu perguruan tinggi swasta dengan jurusan yang bersangkutan dengan keselamatan manusia, yang mungkin lebih dikenal dengan sebutan Team SAR (Search and Resque). Secara alkitabiah, saya melihat pekerjaan ini sebagai suatu bentuk kasih. Ketika ada bencana alam, seperti tanah longsor, banjir atau ada orang yang tersesat di hutan atau di gunung, maka mereka ini biasanya turun tangan. Menurut mereka dalam kesaksiannya, seringkali dalam pencarian korban-korban bencana alam, mereka harus makan buah-buahan dari pohonnya langsung untuk mengisi perut, karena terbatasnya bahan makanan yang dibawa.
Apa yang mereka lakukan, menurut pendapat saya, adalah pengorbanan luar biasa untuk tugas kemanusiaan. Tuhan kita Yesus Kristus lebih dari pada itu! Dalam kepedulian-Nya bagi kita, sebagai bukti kasih-Nya, darah-Nya Ia curahkan di salib sebagai penebus dosa kita.
Marilah kita kembali merenungkan bersama-sama, apa perbuatan kasih yang telah kita lakukan bagi sesama kita. Sedangkan orang-orang yang tidak mengenal firman Allah saja mau bersimpati dan berempati terhadap sesama, bagaimana dengan kita.
Salah satu judul perikop dalam 1 Petrus 2 adalah “Penderitaan Kristus sebagai teladan”. Untuk itu marilah kita meneladani apa yang telah dilakukan Yesus bagi kita, mempersembahkan tubuh kita, talenta, bahkan segala kemampuan kita untuk sesama, karena itu jugalah yang dikehendaki Allah bagi kita. Dengan demikian maka kita akan dapat bersuka cita dengan orang yang bersuka cita dan menangis dengan orang yang menangis (Rm 12:15). (Ev. Baskami)