Roma 5:1-5
Dalam nats renungan kita, Paulus menggambarkan kasih sebagai puncak sebuah proses, berawal dari iman, selanjutnya diikuti dengan kesengsaraan, ketekunan, tahan uji, pengharapan dan berakhir pada kasih.
Kita bisa menikmati air karena ada sumbernya di hulu. Kita bisa menikmati panas karena ada matahari. Kita bisa menikmati kasih dan damai sejahtera karena ada sumbernya yaitu Allah sendiri. Pengertian seperti inilah yang disampaikan Paulus dalam Rm 5:5, “Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”. Sumber kasih yaitu Allah, yang tinggal di dalam hati kita di dalam Roh-Nya Yang Kudus, memampukan kita untuk mengasihi.
Masyarakat zaman sekarang banyak dipengaruhi konsumerisme yang menjurus pada hedonisme (pemuasan nafsu kedagingan secara berlebihan). Dalam keadaan seperti ini, tampak berbagai gejala moral yang memburuk dan etika yang merosot. Manusia cenderung hidup egois, mementingkan diri sendiri, dan kasih yang tulus memudar.
Tujuan hidup ini bukan hanya untuk mencari nafkah, memelihara keluarga atau menjalankannya dari hari ke hari. Kita diciptakan oleh Allah untuk hidup mengasihi. Setiap orang yang dijamah oleh kuasa Roh Kudus akan diberi kepekaan untuk bermurah hati, peka terhadap apa yang harus kita lakukan untuk menolong sesama kita.
Apa yang terpenting dalam hidup ini? Jawaban Tuhan sangat sederhana, yakni, mengasihi Allah dan sesama manusia (Mat 22:36-40). Dunia yang dipenuhi dengan kekerasan, sakit hati dan kebencian hanya dapat diobati dengan kasih.
Roh Kudus yang dicurahkan dalam hati setiap orang percaya menjadikan kita adalah anak-anak Tuhan yang mampu mengasihi. Tindakan kasih pada seseorang, memungkinkan orang itu mengenal keselamatan dalam kasih Yesus Kristus. Perbuatan kita adalah surat Kristus yang terbuka, bisa dibaca orang lain. Surat itu tidak ditulis pada loh batu, tetapi ditulis dalam hati kita oleh Roh Kudus (2 Kor 3:3).
Tanpa kehadiran Roh Kudus, seorang pun tidak mampu mengasihi dengan tulus tanpa mengharapkan balasan. Kasih Allah tidak pernah berakhir, tetap dan tidak akan berkurang, tidak berubah-ubah dan kekal selama-lamanya. Kiranya renungan firman Tuhan hari ini, mendorong setiap kita untuk berdoa memohon pimpinan Roh Kudus sehingga kita mampu mengasihi. (Pdt. Ani)