Matius 5:44-48
Kalau kita ke toko buku Kristen dan melihat buku tentang ucapan-ucapan Yesus yang sulit, ayat-ayat renungan kita hari ini pastilah masuk didalamnya. Apakah kita bisa mengasihi musuh? Tidak bisa! Kalau seandainya yang diminta sekedar “hidup satu matahari dengan musuh”, mungkin kita masih sanggup melakukannya. (Dalam masyarakat Karo, ungkapan terhadap orang yang dibenci adalah “tidak mau hidup satu matahari dengan dia”).
Kita bisa hidup dalam satu matahari dengan musuh, karena di sini kita bersifat pasif. Tetapi, yang diminta Yesus dalam khotbah di bukit ini adalah “mengasihi” musuh. Mengasihi bersifat aktif, ada upaya kita berbuat kebaikan terhadap musuh itu. Tindakan aktif itu seperti dikatakan Paulus dalam Roma 12:20a, “Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum!”.
Apakah ada tokoh Alkitab yang mengasihi musuh atau seterunya? Yang saya ingat adalah Daud, ketika Saul mengerahkan pasukan untuk membunuhnya. Kenyataannya, bukan Saul yang mendapat kesempatan untuk membunuh Daud, tetapi sebaliknya, Daud lah yang punya kesempatan membunuh Saul. Ada dua kali Daud mendapat kesempatan membunuh Saul (1 Sam. 24 dan 1 Sam. 26), namun ia membiarkan Saul tetap hidup dan tetap menunjukkan sikap hormat terhadap Saul dengan bersujud menyembahnya (1 Sam. 24:9). Mengapa Daud berbuat seperti itu? Pertama, Daud menghormati Raja Saul sebagai orang yang diurapi Tuhan (1 Sam 24:11b) dan kedua, Daud menghormati Tuhan sebagai hakim yang adil yang berhak menjatuhkan hukuman (1 Sam. 24:13-16).
Tokoh sempurna dalam mengasihi musuh, tidak lain dari Allah sendiri yang kita kenal di dalam anak-Nya Yesus Kristus. Allah masih tetap mengasihi manusia yang sudah dikuasai si iblis (seteru Allah), walau sebenarnya layak untuk dibinasakan-Nya. Karena kasih, Ia merendahkan diri menjadi manusia dan disalibkan menjadi korban tebusan dosa bagi manusia.
Kembali ke pertanyaan apakah kita sanggup mengasihi musuh? Tidak bisa dengan kekuatan sendiri! Tuhan bisa mengasihi musuh karena Ia adalah Allah. Hanya Allah yang bisa mengasihi, manusia tidak bisa! Daud mampu mengasihi musuh karena Roh Allah ada di dalam dirinya. Puji Tuhan, haleluya! Dengan kekuatan sendiri tidak mampu, tetapi sekarang Tuhan memampukan kita mengasihi musuh karena Allah bersedia tinggal di dalam diri kita di dalam Roh-Nya yang kudus. Roh Kudus dianugerahkan-Nya ketika ketika kita bertobat di dalam Yesus Kristus (Kis 2:38). (Pdt. Remedi)